Pages

Rabu, 19 Mei 2010

Pesan dalam Lipatan 1000 Bangau Kertas

The legend of 1000 paper cranes ;
Sadako Sasaki adalah gadis kecil korban (tidak langsung) bom Hirosima, yang divonis menderita leukimia-penyakit yang banyak diderita korban tidak lansung bom atom-  pada saat dia berumur 2 tahun.
Oleh sahabatnya Chizuko, diceritakanlah tentang legenda barangsiapa bisa melipat 1000 bangau kertas maka keinginannya akan terkabulkan.
Sadako Sasaki dengan semangat berusaha membuat lipatan 1000 bangau kertasnya, dengan kertas seadanya (pada jaman itu kertas sangat terbatas).
Tapi Sadako Sasaki hanya berhasil menyelesaikan 644 buah. Dia meninggal dunia.
Semangat Sadako Sasaki itulah yang menginspirasi teman-teman sekolahnya untuk membuat lipatan 1000 bangau kertas sesuai impian Sadako.
Sekarang di jepang sudah ada sebuah yayasan yang diberi nama Sadako World Peace Project for Children, sebuah organisasi non-profit yang memperjuangkan kedamaian dunia terutama bagi anak-anak.
Kisah Sadako dan 1000 burung kertas mengajarkan kepada dunia bahwa sebuah perbuatan kecil dan sederhana jika dilakukan dengan kesungguhan hati, bisa memberi dampak yang besar bagi dunia.
to be continued...
***

1000 bangau kertas...
Fino melipat bangau yang terakhir.
Bangau kertas yang ke-1000.
Fino menggantungkan bangau-bangau kertas itu masing-masing dengan seutas benang, dan ditautkannya pada ranting-ranting patahan pohon kering. Ratusan bangau kertas berwarna-warni kini berayun-ayun pada ranting kering.
"Tidak mungkin bagiku mengatakannya, Kei... jika aku mengungkapkannya aku mungkin akan kehilangan Rena... "
"Sampai kapan kau berlindung di balik persahabatan? Ayolah Fino, untuk sekali seumur hidupmu, cobalah kau jujur pada dirimu sendiri..."
"Aku hanya takut kehilangan Rena, itu saja..."
Di akhir perdebatannya dengan Keisa, sahabatnya itu bahkan Fino masih saja menyisakan ragu di hatinya. Haruskah dia mengungkapkan perasaan cintanya pada Rena?
Mereka bertiga dekat satu sama lain dalam arti pertemanan. Tapi rasa yang berbeda muncul pada Rena. 
Seminggu yang lalu Rena masuk Rumah Sakit, penyakit tukak lambungnya kumat lagi. Mungkin dia terlalu excited dengan mempersiapkan pernikahannya dengan Dio.

***

Sore ini Fino kembali berkunjung ke Rumah Sakti tempat Rena dirawat. Seperti biasa, setiap pulang kerja...
Di Lorong, dia berpapasan dengan Keisa, tapi sahabatnya itu tidak banyak bicara, dan seakan-akan ingin segera pamit pergi.
Fino membuka pelan pintu kamar rawat inap Rena.
"Apa kabarmu, sayangku..." sapa Fino.
Tatapan Rena dingin tak seperti biasanya.
"Aku membawa beberapa apel, kamu mau?"
"Fino, aku mau bertanya, apa maksudmu melipat bangau kertas?"
Fino tercenung. Dia tidak pernah bercerita apa pun tentang lipatan bangau itu...kecuali....YA. Pada Keisa!
Fino menahan dirinya untuk tidak menyebut tentang Keisa.
"Kau selalu suka dengan cerita Sadako San... Bukankah kau bilang kalau suatu hari nanti kamu ingin melipat 1000 bangau kertas untuk make a wish?" kata Fino lembut.
"Make a Wish? Make a Wish?? Iya, tentu saja...Tapi itu my wish...bukan your wish..."
"Apa maksudmu??" tanya Fino heran.
"Jangan BODOH, Fino.... kalau aku yang punya a Wish maka aku sendiri lah yg seharusnya melipat 1000 bangau kertas itu, dan bukan KAMU!!"
Fino terhenyak. Belum pernah dia melihat Rena semarah itu. Dia selalu manis dan lemah lembut. Bahkan terkadang mirip rapuh daripada lembut.

***
Di kamarnya Fino memandangi bangau warna-warni yang berayun-ayun ditiup angin yang berhembus dari jendela kamarnya.
Mereka begitu sunyi dan bisu, mengepak-ngepakkan sayapnya yang kadang tak sempurna lipatannya. 
Ada yang dilipat di saat dia break makan siang...
Ada yang dilipat di atas tempat tidur, menunggu kantuk dan rasa payah menyergapnya...
Ada yang dilipat di tengah malam, saat dia terbangun dalam gelisahnya...
Banyak cerita yang ikut 'terlipat' bersama mereka....

***
"Apa yang sebenarnya terjadi, Kei?" tanya Fino siang itu, Keisa mampir ke kantornya.
"Maaf Fino, aku sudah mengacaukan semuanya...Aku mengatakan pada Rena tentang bangau-bangau itu..."
"Iya...Tapi...Kenapa?"
"Tahukah kamu mengapa Rena masuk Rumah Sakit?"
"Tukak lambung, kan?"
 Keisa menatap pilu pada Fino.
"Rena mengetahui Dio berselingkuh. Dia stres berat...karena itulah tukak lambungnya kumat"
DAMN...!!!
Kalimat Kei bagaikan palu godam menghujam kepala Fino seketika. Dia bisa merasakan kemarahan, kesedihan, kekalutan, mungkin hampir sama yang dirasakan Rena waktu itu.
"Mereka sedang mempersiapkan pernikahan, bukan?"
Keisa menggeleng.
"Kami berdua menyembunyikan itu dari kamu, Fino... Itulah mengapa Rena bilang Dio sedang  bertugas keluar kota...Mereka tidak lagi saling bertemu."
"Lalu mengapa kau bilang padanya tentang bangau-bangau itu...?"
"Sorri, Fin...
Aku marah pada Rena waktu itu. Dia menangis tak pernah berhenti. Sepanjang malam, pagi, dan siang. Dia baru berhenti ketika jam berkunjungmu hampir tiba.
Aku bilang padanya, Fino bahkan percuma membuatkan lipatan 1000 bangau kertas...Dia seakan-akan menyerah pada keterpurukannya...Dan aku benci melihatnya seperti itu."
Oh.

***

"Sudahlah. Kau tidak perlu berpura-pura lagi. Kau berhenti menangis saat aku tidak ada?"
"Tolong Fin...aku butuh istirahat. I'm fine. Besok aku boleh pulang. Dan kamu tidak perlu repot lagi mampir ke Rumah Sakit. Bukannya dari kecil kamu benci bau Rumah Sakit?"
"Ren... aku tidak repot untuk mampir ke sini..."
"Terima kasih, kalau kamu mau meninggalkan aku sendiri."
Sangat dingin. 




Fino melangkah dengan galau. 
 Dia tahu Rena sedang terluka hatinya. Dia gadis yang rapuh. Begitu rapuh seperti daun kering yang melayang turun dari tangkai batang pohon... 
Itulah Rena... cinta rahasianya.
Yang dia sukai saat mereka bersama-sama di bangku SMA,;di saat praktikum biologi membedah katak, di saat makan siang di kantin belakang sekolah, dan di setiap hari mereka berjalan kaki bersama ke sekolah...
Terlalu munafik jika Fino bahagia mendengar berita pernikahan Rena dan Dio. Tapi sungguh, mendengar mereka putus pun, hati Fino tidak menjadi lebih baik karenanya.
Fino tak mampu memaknai perasaaanya. Sebuah misteri...yang suatu hari nanti mungkin akan terjawab...mungkin juga tidak.

 ***
"Welcome Home," kata Keisa sambil membukakan pintu kamar Rena.
Rena berjalan menuju pintu lemari bajunya. Dia membuka daun pintunya yang kokoh itu.
"Ke mana mereka, Kei?" tanya Rena.
"Maksudmu?"
"Jangan pura-pura!" bentak Rena dengan nada tinggi.
Yach, Rena sedang menanyakan tentang baju-baju yang dia persiapkan untuk hari pernikahannya. Keisa telah menyingkirkan mereka dari lemari Rena.
Rena melihat sebuah pot batang pohon dengan ranting-ranting kering. Ratusan bangau kertas berayun-ayun di rantingnya. 
"Kebodohan apalagi ini???"
"Aku yang membawanya kemari, Ren..." kata Keisha.
"Kalian berdua sudah bersekongkol, ya?"
Rena mencabuti bangau-bangau itu dari rantingnya dengan marah. Utasan benang tipis itu dengan mudah putus ditarik genggaman tangannya.
"Aku tidak akan make a Wish... He did make a Wish...Dasar bangau sialan! Sialan kalian!"
"RENA!" bentak Keisha.
Cukup keras, untuk membuat Rena berhenti dari tingkah kalapnya mengoyak pohon bangau itu.
"Kamu yang BODOH. Tahukah kamu berapa lama Fino mempersiapkan ini untukmu? Dua bulan tanpa henti!"
"Yaaaaaa.....Dan sekarang Wish dia terkabul.... Dan aku tidak...!!!"
"Jangan sok tahu kamu, Ren! Dia tidak sejahat itu..."
"Iyaaaaaa....Kamu kan his best friend...Tentu saja kamu bilang yang baik-baik tentang Fino."
"Semoga saja kamu sadar betapa BODOHnya kamu mempercayai bahwa ini semua terjadi karena 1000 bangau kertas ini..."
Keisa dengan sekejab menghilang dari pandangan Rena.
Detik terasa berhenti. 
Sunyi...
Rena mendorong jatuh pohon bangau itu...
BRAKKKK!!!
Kini ratusan bangau warna-warni itu berserakan di atas lantai kamarnya... tanpa kehidupan.
Rena berbaring di atas lantai di sebelah mayat pohon bangau itu.
YA, mengapa dia begitu mempercayai mitos bahwa harapan yang dibuat dengan melipat 1000 bangau kertas itu akan menjadi kenyataan...
Benarkah Fino membuat dia terpisah dari Dio dengan cara semistis itu??
Sebulir air matanya jatuh berleleran di pipinya. 
Di dalam pandangan kaburnya, Rena melihat 'seekor' bangau yang lain dari yang lain. Ukurannya lebih besar daripada yang lainnya. Dengan warna EMAS, satu-satunya warna yang berbeda.
Rena memungutnya dan membuka lipatannya.

Impianmu, Rena...Your wish...
Suatu hari melipat 1000 bangau kertas.
Hari ini, aku berhasil mewujudkannya untukmu.
Untuk setiap hari yang aku lalui bersamamu,
Untuk setiap senyum manis yang selalu aku kagumi,
Untuk setiap kenangan yang pernah kita miliki,
Terima kasih telah menjadi temanku selama ini.
Dan jika aku boleh "Make A Wish upon these 1000 cranes..."
Aku akan meminta kau bahagia dengan pernikahanmu dengan Dio.
Hidupmu penuh dengan cinta selamanya...
Sehingga aku tetap bisa melihat senyum di bibir indahmu...
Love, Fino