Pages

Minggu, 07 November 2010

Jangan Tinggalkan Aku Sendiri

 " If you walk alone, i'll be your shadow..."

After midnight.
Tak pernah kurasakan malam yang begitu sunyi seperti ini.
Aku sendiri, terbungkus dalam udara dingin yang bertiup lewat jendela kamarku.

Saat-saat aku sendiri dalam kamar, tanpa teman, selalu saja aku menjadi rapuh seketika.
Entah apa yang salah, aku merasa aku dicekam sedih berlebihan bila sendirian.
Seakan-akan aku merasakan orang-orang yang mencintai dan aku cintai pergi meninggalkan aku.

****

"Dari mana, sayang?" tanya Mario.
"Menurutmu? Bukankah kamu tahu aku bekerja?" jawabku dengan nada tinggi.
"Ini jam satu malam, Sandra...aku khawatir denganmu..." jawab Rio.
"I'm fine..." jawabku pendek.

Rio tidak bertanya lagi, dia malah pergi ke dapur.
Aku masuk ke kamar dengan jengkelnya.


"Sandra, lain kali kalau pulang telat, beri tahu aku dulu ya, aku menunggumu sepanjang malam..."
"Ya! Aku tahu...! Kamu miskol aku tiap 15 menit, mengirim SMS puluhan kali seperti orang gila," jawabku.
"Aku bisa berhenti jika kau membalasnya, satu kali saja, tapi kamu tidak..."
"Rio, tolong pergi.... kamu menyalahkan aku sekarang ya?"
"Jadi kamu tidak sadar kalau kamu memang salah?" bantah Rio.
"Aku capek, jangan ajak aku bertengkar.... Kalau kamu mau, kamu pergi saja?"

Rio meletakkan secangkir teh yang masih mengepulkan asapnya di meja nakas, dan pergi tanpa bicara sepatah kata pun.
Terima kasih Rio, buat secangkir teh hangatnya.
Tak terasa air mataku jatuh bergulir. Mengapa aku begitu jahat padanya, sedangkan dia begitu baik padaku.


 ****
Tuhan, dia begitu manis dan sayang padaku.
Dia membuatku merasa menjadi wanita paling dicintai di dunia.
Tapi ...
Aku takut tidak bisa membalas cintanya...

"Sandra, aku datang!" pekik Mario sambil menenteng tas plastik belanjaan.
Sore itu aku menangis untuk kesekian ribu kali... 
Aku menghapus air mataku, semburat merah di mataku masih membekas, berharap Rio tidak melihatnya.
"Yaa...!" sahutku. "Apa yang kamu beli, sayang?"
"Aku belikan kamu gula kapas, supaya kamu jangan sedih lagi..."
Aku tersenyum pahit seketika.  

Rio menyodorkan segumpal besar gula kapas.
"Terima kasih, ya...." kataku terharu.
Sedikit demi sedikit gumpalan helaian gula manis itu lumer di mulutku.
Rio memandangku puas,
"Kau cantik sekali saat makan gula kapas..." katanya kemudian. "Seperti gadis kecil dengan permennya."
Aku tersenyum . 
Rio, terima kasih sudah membuatku tersenyum.

****

Sandra, apa yang kamu pikirkan?
Akhir-akhir ini aku tergoncang begitu hebatnya. Sampai-sampai aku mempertanyakan keteguhan hatiku sendiri untuk mendampingi Mario, dalam suka dan duka, sepanjang hidup.
Aku hampir menyerah pada ujung kesabaranku.

Sebulan yang lalu tanpa sengaja aku bertemu dengan Rendi, mantan pacar pertamaku. Surprisingly, dia bilang baru saja bercerai dengan isterinya.
Godaan yang maha hebat menghampiriku.Aku melihatnya seperti jawaban dari kekurangan hidupku.
Dia tampaknya menjadi sosok suami yang "sempurna" bagiku, menggantikan Mario.

Aku tahu Rio tahu bahwa aku gelisah. Dia seakan membaca bahwa aku tidak betah lagi dalam suasana seperti ini. Entah kekhawatiran tentang masa depan, entah cinta yang mulai luntur.

Dan seperti biasanya, aku suka memendam kesedihanku sendiri, atau melampiaskannya dengan caraku sendiri. 

"Sayang, mungkin kita perlu mencoba lagi, supaya kita bisa punya anak," kata Mario suatu malam.
Saat dia tahu aku masih saja meminum pil KB tiap hari, tanpa terlewati. 
"Aku belum siap," jawabku, seperti biasa. "Kita belum siap, Mario..." 
"Menurutmu kapan kita bisa siap?"

Aku ingin memekik, YAAA...kalau kita sudah punya rumah yang besar, dan tabungan yang sangat banyak. Sehingga aku tidak perlu bekerja lagi, supaya setiap hari aku bisa merawat anakku sendiri. 
Keinginan antara punya anak dan melepaskan karir cemerlangku adalah bantahan-bantahan dalam hatiku yang tiap hari menyiksaku. 
Sumpah, aku tidak yakin Rio bisa menghidupi kami hanya dengan gajinya yang tidak menentu dan pas-pasan. Berapa sih, gaji seorang pegawai kantor pos?

Sampai kapan ini terjadi? 

"Sandra, kamu semakin tampak buruk setiap harinya...Aku sedih melihatmu seperti ini... Menurutmu apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu lebih baik?"
Aku diam tak menjawab... 

"Jangan bersamanya hanya karena kamu kasihan padanya, Sandra...Kau juga berhak bahagia," demikian kata Rendi yang masih terngiang di benakku.

Rio menghampiriku, "Aku sayang padamu, Sandra..." sambil menyentuh lembut pipiku
Dan kemudian dia pergi meninggalkan aku yang terhujam perih mendengar kata-katanya.
Terima kasih untuk rasa sayangmu padaku, Rio....

Kini semua tampak berantakan. Sampan telah membentur batu karang, hancur berkeping-keping...


****

Dua hari yang lalu Mario berkemas dengan barang seadanya, dan dia bilang sudah mendapat rumah kontrakan kecil baginya. Aku tidak pernah menyuruhnya pergi, tapi aku juga tidak pernah menghalanginya. Aku butuh waktu sendiri untuk berpikir, sambil mengurus semua keperluan perceraian.

Dalam kesendirianku aku bahkan selalu terkenang apa yang  aku dan Mario lalui di rumah ini, setiap sikap manisnya, sekaligus mengingatkan betapa ketidakberdayaannya telah membuatku gamang bersamanya lagi.

Beberapa hari kemudian Maya, seorang teman kerjanya mampir ke rumahku, dia mengatakan akan mengambil sesuatu milik Mario yang tertinggal di dalam ruang kerja Mario. 
Tanpa terlalu perduli aku mempersilakan dia masuk dan mengambilnya sendiri. 
Tak berapa lama Maya keluar dari ruang kerja Mario. Dia memasukkan sesuatu dalam sebuah amplob besar dan pamit padaku.


Tiba-tiba aku tergerak untuk memanggilnya.
"Biar aku yang mengantarkannya pada Rio, please...." pintaku.
Ragu-ragu Maya memberikan amplob itu padaku.
Setelah Maya pergi, aku membuka amplob itu.
Sebuah pigura kayu hitam sederhana, membingkai sebuah foto pernikahan. Seorang gadis dengan gaun putih yang megah, sedang memeluk seorang pria di kursi roda. Kesan gambarnya begitu kuat dan syahdu. Begitu mengharukan, sehingga aku tak bisa menahan tangisku.


Gadis dalam foto itu telah menunjukkan padaku, bahwa cinta seharusnya bisa menyeberangi semua keadaan...
Cinta jauh lebih kuat daripada sekedar kaki patah yang tidak bisa berjalan, atau hati yang rapuh karena kebimbangan...

Foto itu telah menampar keras padaku. Lima tahun masih terlalu pendek untuk menyerah, bukankah pernikahan adalah untuk seumur hidup? 

Teringat saat pernikahan kami, waktu itu Rio membisikkan dekat telingaku, "Jangan tinggalkan aku, Sandra... I Love you..."

Aku terisak teringat saat itu.

"Tidak, Rio...Jangan tinggalkan aku sendiri...." isakku dalam tangisku.

Aku membutuhkanmu, untuk segumpal gula kapas, untuk secangkir teh hangat, dan kalimat sayang yang tulus kamu ucapkan padaku. Aku membutuhkanmu untuk mencintaiku....

****

Suatu sore aku mampir meja kerja Mario. Sudah lama nian aku tidak melihat-lihat apa yang sedang dia lakukan di sana. 

"Hai Sandra, kau baik sekali mau mampir ke sini, mau mengirimkan surat atau paket?" canda Mario.
"Tidak," jawabku sambil tersenyum."Aku mengunjungimu."
"Manis sekali," jawabnya. Matanya berbinar seperti pijaran kembang api yang meriah.

"Sudah selesai jam kerjanya, mari aku antar pulang," kataku.
Aku kemudian mendorong kursi Mario.

Ya, karena sebuah kecelakaan mobil, kaki Mario patah lima tahun yang lalu, tepat sebelum aku dan dia akan menyelenggarakan pesta pernikahan....

That girl in the pic.... was ME.

"If you're alone, I'll be your shadow.
If you want to cry, I'll be your shoulder. 
If you want a hug, I'll be your pillow. 
If you’re happy, I'll be your smile. 
But anytime you need a friend, I'll just be ME."
(anonymous)






Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com


Walk on, through the wind...
Walk on, through the rain...
Though your dreams be tossed and down

(You'll never walk alone, ELVIS PRESLEY)

Rabu, 03 November 2010

Di Antara Tiga Orang

 *) gambar diambil dari klip Sherina - Pergilah Kau

Aku memandang wajah Ronnie yang serius memandang layar bioskop. Malam ini kami nonton berdua.
Dalam hatiku, aku tak henti-henti mengaguminya. Oh Ronnie, you're so cute!
Sementara jantungku berdebar-debar tak karuan.
Dengan gugup kucondongkan badanku dan sekejab kucium Ronnie. Ronnie terkejut sekali! Sementara aku terpaku menatap matanya yang saat itu begitu dekat dengan mataku.

Selamat Ulang Tahun, itulah yang seharusnya aku ucapkan. Tapi kenyataannya aku tak sanggup mematuhi skenarioku sendiri. Aku tersihir antara gugup, malu, dan takut.

"Terima kasih", bisik Ronnie, dekat di telingaku.
Dan Ronnie membalas ciumanku dengan lembut....aku menahan nafas.
"Ucapan Selamat Ulang Tahun yang romantis," katanya kemudian.

Keringat dingin membasahi telapak tanganku. Ini gila! Aku mengkhianati sahabatku sendiri karena merasa lebih berhak mendapatkan Ronnie ketimbang dia. Aku merasa lebih cantik, cerdas, dan lebih 'aristrokat'.
***

3 November 2010, saat membongkar arsip lama aku menemukan beberapa lembar cerita-cerita yang pernah aku tulis sewaktu kuliah dulu.
Salah satunya berjudul DI ANTARA TIGA ORANG, yang mengisahkan tentang persahabatan Ronnie dengan Yola, dan Feby (yang juga pacar Ronnie).
Seperti cerita klasik lainnya tentang persahabatan yang melibatkan cinta, cerita ini dibumbui dengan intrik jatuh cinta pada pria yang sama. Saling menyikut antara dua perempuan, dan kebimbangan seorang Ronnie untuk memilih antara Yola, sahabatnya yang  ceria, menyenangkan, memiliki banyak kecocokan dengannya, atau Feby, cinta pertamanya yang cenderung lebih posesif, tukang selingkuh, manja dan kolokan.

Beberapa hal adalah true story -crossed fingers-, dan banyak hal yang lainnya adalah imajinasi penulis belaka, termasuk adegan ciuman dalam bioskop tadi, hehehe....

Cerita berawal dari Feby yang selingkuh dengan teman sekampusnya, danYola menghasut Ronnie untuk melancarkan serangan balik, dengan mengajaknya "berpura-pura" selingkuh dengannya. Sekaligus, menyalurkan keinginan terpendamnya untuk memilik Ronnie...

Tapi akhirnya Yola terjebak dengan permainannya sendiri, dia larut dalam perasaannya. Sementara Ronnie masih saja dalam koridor "just playing a game". Walaupun tidak bisa dipungkiri, Ronnie lebih merasa nyaman, ketika bersama Yola, dibanding bersama Feby.

Di titik akhir perjalanan permainan mereka, Feby mengetahui perselingkuhan meraka.

"Aku tidak mau terlibat lagi pada hubungan kalian," kata Yola.
"Tapi mengapa?" tanya Ronnie.
"Karena aku tidak bisa, Ron... Pendapatku tidak obyektif lagi. Aku suka padamu, dan membenci Feby..."
Oh, My God! Aku baru saja mengatakannya, di depan Ronnie sendiri.
Sekejab aku merasa seperti boneka kayu yang terbujur kaku. Seperti badut dengan banyolan yang tidak lucu. Sungguh bodoh dan tolol.
***

Ya, akhirnya terbongkarlah niat busuk Yola untuk mengajak Ronnie "pura-pura selingkuh". Yola sebenarnya tidak sedang berpura-pura dalam sukanya pada Ronnie, actually.
Untungnya, Ronnie tidak mengubah pandangannya terhadap Yola. Mereka masih saja akrab, dan bersahabat. Atau memang Ronnie sedang mengambil keuntungan dari status quo-nya untuk menghalau kesepiannya? Dasar, cowok.... :D

Ladies and gentleman....
Akhir dari cerita pendek ini mungkin terdengar klise. Ketika Feby mengajak Ronnie untuk berbaikan kembali, Ronnie menerimanya.
Dan diputuskannyalah (kata yang panjang dan rumit,red.) Yola sebagai 'pacar sementara'.

"Mengertilah, please..." pinta Ronnie.
"Lalu apa yang bisa kumengerti dari jalan pikiranmu, Ron? Kamu katakan kamu suka padaku, kamu senang bersamaku, dan bahkan kau mengeluhkan sikap Feby yang manja, egois, dan kekanak-kanakan. Lalu apa artinya semua ini?"

"Ini penting bagiku, untuk berusaha menjaga apa yang selama ini aku bangun bersama Feby. Aku butuh mencoba sekali lagi, Yo..."
"Alasan itu yang kau punya untuk...meninggalkan aku." Suaraku tercekat di tenggorokan. Aku sangat sedih, dan juga kecewa.

Aku terseyum pahit. Pergilah Ronnie... Ini adalah ciuman selamat tinggal untukmu. Beruntunglah Feby yang telah mendapatkan cintamu.

Malam ini aku menagis sendirian di kamarku. Sangat melukai >> ini adalah frasa kata yang sering aku gunakan untuk mengungkapkan hal-hal yang menyakitkan.... 
Ada dua hal yang kutangisi. Kehilangan Ronnie, dan untuk diriku sendiri, yang tak jua mengerti maksna cinta yang diajarkan Ronnie.

I wish I had "Ronnie"
***

I wish I Had "Ronnie" merupakan kutipan akhir dari penulis waktu itu.
Sebenarnya bingung juga, apa sih makna cinta yang diajarkan si Ronnie?
Apakah dengan bertahan dalam komitmen "saling mencintai untuk selamanya" bisa mengalahkan perasaan jengkel karena sikap manja, egois, dan kekanak-kanakan dari pasangan kita? Atau bahkan sikap bertahan dalam gempuran sakit hati walaupun ditinggal pacarnya selingkuh? Memaafkan setiap kesalahan, dan menerima semua kekurangan?

Apakah itulah yang sebenarnya dibutuhkan oleh seorang Yola, bahwa ada "Ronnie" somewhere out there, yang akan kekeuh dalam komitmen "till death do us apart"?
Well, saya kira Yola tidak mau menjadi Feby yang selingkuh, manja, egois, kolokan walaupun dia memiliki seorang Ronnie...

Mari kita tanyakan pada Yola...
Karena, maaf, penulis bukan Yola indeed......*ngabuuurrrr*

microsoft


Eh, balik lagi, ding...
buat nempelin sebuah lirik lagu, It Might be You by Stephen Bishop.
This song is so lovely...
Kurleb seperti Yola yang sedang "Wishing there could be someone" dan mencari sesuatu yang berbisik dalam hatinya "Something's telling me it might be you "










Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com



IT MIGHT BE YOU (Stephen Bishop)

Time, I've been passing time watching trains go by
All of my life
Lying on the sand watching seabirds fly
Wishing there could be someone
Waiting home for me

Something's telling me it might be you
It's telling me it might be you
All of my life

Looking back as lovers go walking past
All of my life
Wondering how they met and what makes it last
If I found the place would I recognize the face

Something's telling me it might be you
It's telling me it might be you
So many quiet walks to take
So many dreams to wake and there's so much love to make

I think we're gonna need some time
Maybe all we need is time
And it's telling me it might be you
All of my life

I've been saving love songs and lullabies
And there's so much more
No one's ever heard before
Something's telling me it might be you
Yeah, it's telling me it must be you and
I'm feeling it'll just be you
All of my life
It's you, it's you I've been waiting for all of my life
Maybe it's you Maybe it's you I've been waiting for all of my life.

Rabu, 01 September 2010

Amayadori, Forget-Me-Not...

Sebuah sore di bulan September.
Musim penghujan mulai menghampiri.
Percik tempias air hujan, dan hembusan angin dingin serasa menusuk tulang.
Gia merapatkan kancing coat panjangnya, sambil sesekali melirik jam tangan. Masih satu jam sebelum keretanya datang.

Gia lantas berjalan ke sebuah cafe peron, berniat mencari kopi untuk menghangatkan tubuhnya.

Di sebuah meja seberang, Gia melihat sosok laki-laki yang sangat dikenalnya. Tampak terkejut, tak sadar Gia memekik memanggilnya, "Pippo"

Dia tampak terkejut. Rokoknya terjatuh, dan mereka saling berpandangan.
Beberapa saat kemudian,
"Apa kabar, Gi ?" tanyanya.
"Aku... baik.. "
Sedikit canggung, tapi senyum itu mengembang di antara mereka.
"Mau secangkir kopi?" tawarnya.

Gia tersenyum dan duduk di bangku di depan tempat dia duduk.
Pippo masih saja keren seperti dulu, hanya saja rentang waktu belasan tahun telah membuatnya bertumbuh lebih tegap dan besar, dan wajah yang dewasa.

Nama aslinya adalah Philip, tapi Gia memanggilnya Pippo. Dulu dia benci sekali dipanggil seperti itu, tapi Gia masih saja memanggilnya Pippo. Mereka tumbuh bersama di Junior High School di sebuah kota kecil. Philip  adalah murid pendatang baru, tapi dengan cepat dia menjadi bintang yang bersinar karena ketampanan & bakatnya.

Gia yang pertama jatuh cinta padanya. Siang itu sepulang sekolah, secara rahasia Gia meninggalkan sekuntum bunga forget-me-not, bunga kecil berwarna biru dan berputik kuning, di atas sadel sepeda Philip.
Philip memungutnya dan membuangnya. Gia yang berdiri tak jauh dari situ berteriak, "Mengapa kau membuangnya?"

"Mengapa aku harus menyimpannya?" tanya Philip balik.
"Itu adalah tangkai bunga forget-me-not..." kata Gia.
"Apa artinya?"
"Simbol cinta dan harapan," jawab Gia, pipinya memerah dan panas seketika.
"Kau tahu siapa yang menaruhnya di sini?" tanya Philip.
"Aku," jawab Gia ragu.

Philip tersenyum dan mengulurkan tangannya, "Untuk Cinta dan harapan."
Gia menyambutnya, "Forget-me-not"

Sejak saat itu mereka dekat dan bersahabat. Tiga tahun dalam kisah manis, pertengkaran kecil, dalam roman picisan.

Philip menambahkan 2 kubus gula dalam secangkir kopinya, dan kopi Gia."Kau masih ingat?"
"Iya," jawab Gia. "Dua kubus gula...untuk secangkir kopi yang tidak terlalu manis."


Philip tersenyum dan menyisir rambut hitamnya dengan jemarinya, kebiasaanya persis seperti 15 tahun yang lalu. Juntai rambutnya jatuh di pelipisnya. Membingkai wajah gagahnya dengan kesan angkuh dan dingin. Kesan yang menggetarkan hati Gia, bahkan hingga saat ini.

"Menakjubkan melihatmu sekarang ini, Gi... Apakah kau menjadi guru sekarang?" tanya Philip.
Gia tertawa kecil. "Iya, menjadi guru anak-anak kecil adalah impianku, hidupku menyenangkan dengan mengajar dan belajar bersama mereka."

"Apakah kau menjadi seniman sekarang?" tanya Gia pula.
Philip tersenyum. Dia mengeluarkan kotak kecil crayon berwarna-warni dari tas ranselnya. Dan selembar kertas tebal berukuran A4.
"Aku bahkan bisa melukis dalam 5 menit,"
"Aku mempunyai 3 studio lukis, kapan-kapan mampir," cerita Philip sambil jemarinya lincah menggoreskan crayonnya.
"Hidup di kota besar dengan pekerjaan yang tidak menentu merupakan tantangan bagiku, tapi aku menyukai cara ini. Merasakan gairah, semangat, ataupun kesedihan, keputusasaaan, dalam goresan warna..."

Gia tidak berani bertanya, apakah Philip sudah menikah, atau berapakah anaknya sekarang. Setahu Gia, Philip bercita-cita menikah saat umurnya 50 tahun. Dan dulu, Gia tidak sanggup berpikir itu adalah dirinya yang bersanding bersamanya. 50 tahun, setua apakah itu...

Philip beranjak pergi, keretanya mungkin sebentar lagi datang, dia memasukkan lukisannya dalam sebuah amplob, dan memberikannya pada Gia.
"Selamat tinggal, Gi.."
Seperti 15 tahun yang lalu, saat dia pergi dengan ke"diam"-mannya, dalam kesunyian kata-katanya, tapi begitu pedih menyayat hati Gia.

Tapi, memahaminya dengan cita-citanya adalah bagian yang harus dia teguk dalam pahitnya cerita cinta mereka.
Sekarang Gia bahagia dengan kehidupannya, menjadi guru anak-anak balita di kota kelahirannya, dengan seorang putri dan suami yang mencintainya.
Dan Philip, dia masih saja menakjubkan dengan segala kemisteriusannya.

Gia membuka amplob pemberian Philip, dia tersenyum melihat lukisannya.


***
Backgorund cerita terinspirasi dari lagu Mayumi Itsuwa, AMAYADORI.





Free MP3 Downloads at MP3-Codes.com


(Kira-kira) lagu AMAYADORI artinya sebagai berikut :
 
Ekino homu de mikaketa
Tanpa sengaja, aku bertemu denganmu di peron stasiun kereta
Anata wa mukashi no koibito
Kau, kekasihku dimasa lalu
sono, natsukashi yokogao
Memandangi raut wajahmu sekilas
Omowazu koe o kaketa watashi
Tanpa kusadari, aku memanggilmu
Anata wa odoroita yo o ni
Kau terlihat terkejut,
Tabako o otoshite shimatta
Rokokmu terjatuh
Kudake chitta honoo no hibi ga
Jembatan diantara kita sekarang sudah habis terbakar
Tsuka no mani, yomigaeri
Semua memori seakan terlintas kembali
Mitsume au,
Kita saling memandangi satu sama lain

doo shiteru ima wa Arekara kimi wa,
Apa kabarmu Sejak saat itu
Genki ni shiteru wa Itsu datte watashi,
Aku baik-baik saja, Hidupku menyenangkan
Ocha demo nomou
Apakah kau mau secangkir kopi?
Sukoshi no jikan,
Sebentar saja
Densha wa Toori sungite yuku
Kereta segera berjalan cepat

Anata wa koohi kappu ni Kakkusatoo futatsu irete
Kau menambahkan 2 sendok gula ke dalam kopimu
Ima no boku wa,konna mono sato
Dan berkata “Kau masih mengingatnya dengan baik”
Warai nagara kami o kaki ageta
Kau tersenyum, dan menyisir rambutmu dengan tanganmu
Soo dakedo fushigi ne
Terasa aneh
Anohi wakareta koto mo
Alasan kita berpisah hari itu
Tada amari ni wakasugita dakedato futari
Kita hanya terlalu muda (saat itu)
Tagai ni yurushi aeru
Kita bisa saling memaafkan sekarang

Aishitawa, watashi Anata no koto o
Aku yang pertama mencintaimu
ima wa betsu betsu no Yume o ou kedo
Sekarang kita di jalan yang terpisah mengejar impian kita masing-masing
Meguri aiwa Sutekina koto ne
Menakjubkan melihatmu dalam perubahan ini
Amayodori suru yoo ni futari
Rasanya seperti kita berdua berteduh dari hujan


Disarikan dari :
http://www.youtube.com/watch?v=TUe-hPpOjmc
 dan
http://doublewind.wordpress.com/2007/12/25/amayadori-itsuwa-mayumi/

Rabu, 19 Mei 2010

Pesan dalam Lipatan 1000 Bangau Kertas

The legend of 1000 paper cranes ;
Sadako Sasaki adalah gadis kecil korban (tidak langsung) bom Hirosima, yang divonis menderita leukimia-penyakit yang banyak diderita korban tidak lansung bom atom-  pada saat dia berumur 2 tahun.
Oleh sahabatnya Chizuko, diceritakanlah tentang legenda barangsiapa bisa melipat 1000 bangau kertas maka keinginannya akan terkabulkan.
Sadako Sasaki dengan semangat berusaha membuat lipatan 1000 bangau kertasnya, dengan kertas seadanya (pada jaman itu kertas sangat terbatas).
Tapi Sadako Sasaki hanya berhasil menyelesaikan 644 buah. Dia meninggal dunia.
Semangat Sadako Sasaki itulah yang menginspirasi teman-teman sekolahnya untuk membuat lipatan 1000 bangau kertas sesuai impian Sadako.
Sekarang di jepang sudah ada sebuah yayasan yang diberi nama Sadako World Peace Project for Children, sebuah organisasi non-profit yang memperjuangkan kedamaian dunia terutama bagi anak-anak.
Kisah Sadako dan 1000 burung kertas mengajarkan kepada dunia bahwa sebuah perbuatan kecil dan sederhana jika dilakukan dengan kesungguhan hati, bisa memberi dampak yang besar bagi dunia.
to be continued...
***

1000 bangau kertas...
Fino melipat bangau yang terakhir.
Bangau kertas yang ke-1000.
Fino menggantungkan bangau-bangau kertas itu masing-masing dengan seutas benang, dan ditautkannya pada ranting-ranting patahan pohon kering. Ratusan bangau kertas berwarna-warni kini berayun-ayun pada ranting kering.
"Tidak mungkin bagiku mengatakannya, Kei... jika aku mengungkapkannya aku mungkin akan kehilangan Rena... "
"Sampai kapan kau berlindung di balik persahabatan? Ayolah Fino, untuk sekali seumur hidupmu, cobalah kau jujur pada dirimu sendiri..."
"Aku hanya takut kehilangan Rena, itu saja..."
Di akhir perdebatannya dengan Keisa, sahabatnya itu bahkan Fino masih saja menyisakan ragu di hatinya. Haruskah dia mengungkapkan perasaan cintanya pada Rena?
Mereka bertiga dekat satu sama lain dalam arti pertemanan. Tapi rasa yang berbeda muncul pada Rena. 
Seminggu yang lalu Rena masuk Rumah Sakit, penyakit tukak lambungnya kumat lagi. Mungkin dia terlalu excited dengan mempersiapkan pernikahannya dengan Dio.

***

Sore ini Fino kembali berkunjung ke Rumah Sakti tempat Rena dirawat. Seperti biasa, setiap pulang kerja...
Di Lorong, dia berpapasan dengan Keisa, tapi sahabatnya itu tidak banyak bicara, dan seakan-akan ingin segera pamit pergi.
Fino membuka pelan pintu kamar rawat inap Rena.
"Apa kabarmu, sayangku..." sapa Fino.
Tatapan Rena dingin tak seperti biasanya.
"Aku membawa beberapa apel, kamu mau?"
"Fino, aku mau bertanya, apa maksudmu melipat bangau kertas?"
Fino tercenung. Dia tidak pernah bercerita apa pun tentang lipatan bangau itu...kecuali....YA. Pada Keisa!
Fino menahan dirinya untuk tidak menyebut tentang Keisa.
"Kau selalu suka dengan cerita Sadako San... Bukankah kau bilang kalau suatu hari nanti kamu ingin melipat 1000 bangau kertas untuk make a wish?" kata Fino lembut.
"Make a Wish? Make a Wish?? Iya, tentu saja...Tapi itu my wish...bukan your wish..."
"Apa maksudmu??" tanya Fino heran.
"Jangan BODOH, Fino.... kalau aku yang punya a Wish maka aku sendiri lah yg seharusnya melipat 1000 bangau kertas itu, dan bukan KAMU!!"
Fino terhenyak. Belum pernah dia melihat Rena semarah itu. Dia selalu manis dan lemah lembut. Bahkan terkadang mirip rapuh daripada lembut.

***
Di kamarnya Fino memandangi bangau warna-warni yang berayun-ayun ditiup angin yang berhembus dari jendela kamarnya.
Mereka begitu sunyi dan bisu, mengepak-ngepakkan sayapnya yang kadang tak sempurna lipatannya. 
Ada yang dilipat di saat dia break makan siang...
Ada yang dilipat di atas tempat tidur, menunggu kantuk dan rasa payah menyergapnya...
Ada yang dilipat di tengah malam, saat dia terbangun dalam gelisahnya...
Banyak cerita yang ikut 'terlipat' bersama mereka....

***
"Apa yang sebenarnya terjadi, Kei?" tanya Fino siang itu, Keisa mampir ke kantornya.
"Maaf Fino, aku sudah mengacaukan semuanya...Aku mengatakan pada Rena tentang bangau-bangau itu..."
"Iya...Tapi...Kenapa?"
"Tahukah kamu mengapa Rena masuk Rumah Sakit?"
"Tukak lambung, kan?"
 Keisa menatap pilu pada Fino.
"Rena mengetahui Dio berselingkuh. Dia stres berat...karena itulah tukak lambungnya kumat"
DAMN...!!!
Kalimat Kei bagaikan palu godam menghujam kepala Fino seketika. Dia bisa merasakan kemarahan, kesedihan, kekalutan, mungkin hampir sama yang dirasakan Rena waktu itu.
"Mereka sedang mempersiapkan pernikahan, bukan?"
Keisa menggeleng.
"Kami berdua menyembunyikan itu dari kamu, Fino... Itulah mengapa Rena bilang Dio sedang  bertugas keluar kota...Mereka tidak lagi saling bertemu."
"Lalu mengapa kau bilang padanya tentang bangau-bangau itu...?"
"Sorri, Fin...
Aku marah pada Rena waktu itu. Dia menangis tak pernah berhenti. Sepanjang malam, pagi, dan siang. Dia baru berhenti ketika jam berkunjungmu hampir tiba.
Aku bilang padanya, Fino bahkan percuma membuatkan lipatan 1000 bangau kertas...Dia seakan-akan menyerah pada keterpurukannya...Dan aku benci melihatnya seperti itu."
Oh.

***

"Sudahlah. Kau tidak perlu berpura-pura lagi. Kau berhenti menangis saat aku tidak ada?"
"Tolong Fin...aku butuh istirahat. I'm fine. Besok aku boleh pulang. Dan kamu tidak perlu repot lagi mampir ke Rumah Sakit. Bukannya dari kecil kamu benci bau Rumah Sakit?"
"Ren... aku tidak repot untuk mampir ke sini..."
"Terima kasih, kalau kamu mau meninggalkan aku sendiri."
Sangat dingin. 




Fino melangkah dengan galau. 
 Dia tahu Rena sedang terluka hatinya. Dia gadis yang rapuh. Begitu rapuh seperti daun kering yang melayang turun dari tangkai batang pohon... 
Itulah Rena... cinta rahasianya.
Yang dia sukai saat mereka bersama-sama di bangku SMA,;di saat praktikum biologi membedah katak, di saat makan siang di kantin belakang sekolah, dan di setiap hari mereka berjalan kaki bersama ke sekolah...
Terlalu munafik jika Fino bahagia mendengar berita pernikahan Rena dan Dio. Tapi sungguh, mendengar mereka putus pun, hati Fino tidak menjadi lebih baik karenanya.
Fino tak mampu memaknai perasaaanya. Sebuah misteri...yang suatu hari nanti mungkin akan terjawab...mungkin juga tidak.

 ***
"Welcome Home," kata Keisa sambil membukakan pintu kamar Rena.
Rena berjalan menuju pintu lemari bajunya. Dia membuka daun pintunya yang kokoh itu.
"Ke mana mereka, Kei?" tanya Rena.
"Maksudmu?"
"Jangan pura-pura!" bentak Rena dengan nada tinggi.
Yach, Rena sedang menanyakan tentang baju-baju yang dia persiapkan untuk hari pernikahannya. Keisa telah menyingkirkan mereka dari lemari Rena.
Rena melihat sebuah pot batang pohon dengan ranting-ranting kering. Ratusan bangau kertas berayun-ayun di rantingnya. 
"Kebodohan apalagi ini???"
"Aku yang membawanya kemari, Ren..." kata Keisha.
"Kalian berdua sudah bersekongkol, ya?"
Rena mencabuti bangau-bangau itu dari rantingnya dengan marah. Utasan benang tipis itu dengan mudah putus ditarik genggaman tangannya.
"Aku tidak akan make a Wish... He did make a Wish...Dasar bangau sialan! Sialan kalian!"
"RENA!" bentak Keisha.
Cukup keras, untuk membuat Rena berhenti dari tingkah kalapnya mengoyak pohon bangau itu.
"Kamu yang BODOH. Tahukah kamu berapa lama Fino mempersiapkan ini untukmu? Dua bulan tanpa henti!"
"Yaaaaaa.....Dan sekarang Wish dia terkabul.... Dan aku tidak...!!!"
"Jangan sok tahu kamu, Ren! Dia tidak sejahat itu..."
"Iyaaaaaa....Kamu kan his best friend...Tentu saja kamu bilang yang baik-baik tentang Fino."
"Semoga saja kamu sadar betapa BODOHnya kamu mempercayai bahwa ini semua terjadi karena 1000 bangau kertas ini..."
Keisa dengan sekejab menghilang dari pandangan Rena.
Detik terasa berhenti. 
Sunyi...
Rena mendorong jatuh pohon bangau itu...
BRAKKKK!!!
Kini ratusan bangau warna-warni itu berserakan di atas lantai kamarnya... tanpa kehidupan.
Rena berbaring di atas lantai di sebelah mayat pohon bangau itu.
YA, mengapa dia begitu mempercayai mitos bahwa harapan yang dibuat dengan melipat 1000 bangau kertas itu akan menjadi kenyataan...
Benarkah Fino membuat dia terpisah dari Dio dengan cara semistis itu??
Sebulir air matanya jatuh berleleran di pipinya. 
Di dalam pandangan kaburnya, Rena melihat 'seekor' bangau yang lain dari yang lain. Ukurannya lebih besar daripada yang lainnya. Dengan warna EMAS, satu-satunya warna yang berbeda.
Rena memungutnya dan membuka lipatannya.

Impianmu, Rena...Your wish...
Suatu hari melipat 1000 bangau kertas.
Hari ini, aku berhasil mewujudkannya untukmu.
Untuk setiap hari yang aku lalui bersamamu,
Untuk setiap senyum manis yang selalu aku kagumi,
Untuk setiap kenangan yang pernah kita miliki,
Terima kasih telah menjadi temanku selama ini.
Dan jika aku boleh "Make A Wish upon these 1000 cranes..."
Aku akan meminta kau bahagia dengan pernikahanmu dengan Dio.
Hidupmu penuh dengan cinta selamanya...
Sehingga aku tetap bisa melihat senyum di bibir indahmu...
Love, Fino